Apakah Minum Air yang Belum Mendidih Menyebabkan Sering Buang Air Kecil?
Ada sebuah kepercayaan yang banyak dipercaya oleh masyarakat umum yaitu air yang tidak dimasak hingga mendidih dapat membuat seseorang sering buang air kecil. Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah atau penelitian yang menunjukkan bahwa kondisi air yang tidak dimasak hingga mendidih berhubungan langsung dengan frekuensi buang air kecil seseorang. Meski begitu, ada beberapa faktor tidak langsung yang membuat anggapan tersebut muncul. Hal ini memang perlu dijelaskan secara lebih rinci agar tidak menimbulkan salah tafsir.
Apa yang dimaksud dengan "tidak sampai mendidih" dari sudut mikrobiologi?
Memasak air hingga benar-benar mendidih adalah cara paling mudah yang dianjurkan untuk membunuh sebagian besar patogen seperti bakteri, virus, dan protozoa. WHO serta lembaga kesehatan lingkungan menetapkan bahwa mendidihkan air hingga bergolak (rolling boil) menjadi standar keamanan agar air layak dikonsumsi. Ketika air hanya dipanaskan hingga hangat atau belum mencapai titik didih, sebagian mikroorganisme masih berpotensi bertahan hidup dan dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Patogen dalam air dapat menyebabkan sering buang air kecil?
Infeksi saluran kemih (ISK/UTI) merupakan penyebab umum meningkatnya frekuensi buang air kecil. Akan tetapi, sebagian besar Infeksi saluran kemih yang terjadi berasal dari bakteri usus seperti Escherichia coli yang berpindah dari area sekitar anus menuju uretra dan bukan langsung karena mengkonsumsi air yang tercemar. Meski begitu, beberapa penelitian menyoroti kemungkinan adanya strain E. coli uropatogenik dalam air minum yang terkontaminasi. Secara teori, kondisi ini dapat menambah risiko infeksi di luar saluran pencernaan, termasuk UTI. Bukti ilmiah dan penelitian masih terbatas dan belum menunjukkan hubungan yang kuat antara meminum air yang belum mendidih dengan munculnya keluhan sering buang air kecil.
Kondisi lain yang mungkin menjelaskan meningkatnya frekuensi buang air kecil
- Jumlah cairan yang masuk: Saat jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh banyak maka secara otomatis urine yang dihasilkan juga akan semakin banyak. hal ini merupakan penjelasan paling logis terkait meningkatnya frekuensi buang air kecil.
- Efek diuretik dari jenis minuman tertentu: Beberapa jenis minuman seperti teh, kopi, minuman berkafein, atau alkohol memiliki efek diuretik yang dapat membuat seseorang lebih sering buang air kecil. Jika air yang tidak mendidih sebelumnya dipakai untuk menyeduh teh atau kopi dan kemudian hanya dihangatkan ulang, efek ini tetap dapat terjadi.
- Iritasi kandung kemih atau paparan bahan kimia: Beberapa pencemar kimia dalam air, seperti nitrat atau arsenik dengan kadar yang tinggi, dapat memengaruhi kesehatan saluran kemih dalam jangka panjang. Tetapi, hal ini tidak secara langsung menyebabkan sering buang air kencing secara akut. Bukti ilmiah lebih banyak menyoroti risiko jangka panjang, misalnya peningkatan risiko kanker kandung kemih akibat paparan terus menerus.
- Dehidrasi dan perubahan konsentrasi urine: Ketika tubuh kekurangan cairan, urine menjadi lebih pekat dan dapat meningkatkan peluang bakteri berkembang. Kondisi ini membuat seseorang lebih rentan mengalami infeksi, termasuk UTI. Kebiasaan minum yang buruk seperti ini lebih berpengaruh terhadap risiko infeksi dibanding sekadar meminum air yang belum mencapai titik didih.
Studi dan publikasi ilmiah?
Beberapa tinjauan dalam literatur ilmiah menilai kemungkinan air minum menjadi reservoir bagi strain E. coli uropatogenik serta apakah hal ini dapat berkontribusi terhadap infeksi saluran kemih. Hasil studi menunjukkan bahwa potensi tersebut memang ada, tetapi hubungan langsung belum dapat dipastikan. Faktor lain seperti kebersihan pribadi, sanitasi lingkungan, serta perilaku sehari-hari tetap menjadi penyebab utama terjadinya UTI. Oleh sebab itu, meskipun air terkontaminasi dapat meningkatkan risiko tertentu, tetapi tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa air yang dimasak tidak sampai mendidih dapat memicu keluhan sering buang air kecil.
Tips dan rekomendasi aman yang bisa kamu lakukan
- Rebuslah air hingga benar-benar mendidih hingga bergolak(rolling boil), apalagi jika sumber air tidak sepenuhnya terjamin. Rekomendasi ini sesuai pedoman WHO dan CDC untuk memastikan air bebas dari sebagian besar patogen.
- Menjaga kebersihan diri sendiri seperti rutin mencuci tangan, menjaga kebersihan area genital, serta membiasakan buang air kecil secara teratur. Langkah ini cukup penting untuk menurunkan risiko infeksi saluran kemih.
- Jika frekuensi buang air kecil meningkat dan atau disertai gejala lain seperti nyeri, demam, atau perubahan warna dan bau pada cairan urine, segera periksakan diri ke tenaga kesehatan. Keluhan tersebut dapat terkait UTI, diabetes, atau kondisi medis lain yang perlu evaluasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan.
Secara keseluruhan, anggapan bahwa memasak air yang tidak sampai mendidih secara langsung menyebabkan sering buang air kecil belum didukung oleh bukti ilmiah atau penelitian yang kuat. Meski begitu, air yang tidak aman tetap dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, terutama gangguan pencernaan. Pada kondisi tertentu, kontaminasi air dapat menjadi salah satu penyebab risiko infeksi yang berkaitan dengan saluran kemih. Faktor kebersihan pribadi, sanitasi lingkungan, jumlah dan jenis cairan yang diminum, serta kondisi kesehatan setiap orang biasanya lebih berpengaruh terhadap frekuensi buang air kecil.
.jpg)