Berani Coba? Batang Pepaya Bisa Dimakan, Tapi Perhatikan Efek Sampingnya!

Pohon pepaya

Apakah Batang Pohon Pepaya Bisa Dimakan? Analisa Lapangan, Dasar Penelitian, Risiko Kesehatan

Sebagian bagian dalam batang pepaya, khususnya bagian tengah yang lunak atau batang muda setelah dikupas kulitnya, sebenarnya bisa dimakan jika sudah diolah dengan benar. Namun, bila dikonsumsi mentah atau tanpa proses pengolahan, ada risiko karena getahnya mengandung papain dan zat lain yang dapat menimbulkan iritasi atau reaksi alergi. Tingkat keamanannya sangat bergantung pada cara pengolahan, jumlah yang dimakan, serta kondisi kesehatan masing-masing orang.

Sejarah

Pohon pepaya (Carica papaya) berasal dari Mesoamerika dan sejak lama telah menyebar ke berbagai wilayah tropis. Hampir semua bagiannya pernah dimanfaatkan, mulai dari buah, daun, bunga, biji, hingga batang. Dalam beberapa catatan etnobotani, bagian tengah batang pepaya yang lunak (pith) diketahui dapat dikonsumsi setelah dikupas atau diolah. Bahkan, di sejumlah tradisi di Asia Tenggara, bagian batang ini pernah digunakan sebagai makanan darurat ketika sumber pangan terbatas.

Bagian yang bisa dikonsumsi

  • Buah pepaya

    Dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah maupun masak, bahkan buah mudanya kerap dijadikan bahan sayur.
  • Daun muda dan bunga

    Di beberapa tradisi Asia Tenggara diolah sebagai sayur.
  • Bagian tengah batang (pith) serta lapisan dalam batang atau daun muda

    Dapat dikonsumsi setelah dikupas dan melalui proses pengolahan, seperti direbus, dikeringkan, atau diolah menjadi produk turunan (tepung, mi, atau manisan).

Bukti Uji Lapangan di Indonesia

Sejumlah penelitian di Indonesia telah mencoba mengolah batang pepaya menjadi produk pangan alternatif.
  • Inovasi mie tepung batang pepaya dikembangkan dalam sebuah konferensi inovasi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Prosesnya meliputi pencacahan batang pepaya, perendaman atau penyangraian, pengeringan hingga menjadi tepung, lalu dicetak menjadi adonan mie. Uji laboratorium menunjukkan kandungan gizi mie tersebut meliputi protein sekitar 9,99%, karbohidrat 74,14%, dan lemak 0,75%. Hasil uji organoleptik (uji rasa dan tekstur) juga dinilai cukup dapat diterima panelis.
  • Produk manisan kering (dried candied) dari batang pepaya pernah dikembangkan di Indonesian Tropical Fruit Research Institute, Solok (2010). Tahapan pengolahannya meliputi perebusan, perendaman dengan beberapa perlakuan (misalnya kapur atau daun tertentu), lalu dikeringkan. Hasil analisis menunjukkan kandungan pati cukup tinggi, sekitar 77,6% pada produk tertentu. Uji organoleptik menyatakan produk ini layak untuk dikonsumsi.

Bukti Ilmiah Global

Penelitian di berbagai negara telah mengkaji kandungan senyawa dalam batang pepaya serta potensi pemanfaatannya sebagai bahan pangan:
  • Papain (enzim proteolitik)

    Banyak uji toksikologi di laboratorium menunjukkan bahwa papain tidak bersifat merusak gen (non-genotoksik) dalam kondisi yang diteliti. Namun, papain dikenal sebagai alergen potensial. Pada sebagian orang sensitif, zat ini bisa menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan atau reaksi alergi.

  • Carpaine (alkaloid)

    Eksperimen pada hewan memperlihatkan bahwa carpaine memiliki pengaruh terhadap sistem kardiovaskular. Karena itu, konsumsi bagian tanaman yang mengandung senyawa ini sebaiknya hati-hati, terutama bagi individu dengan penyakit jantung.

  • Sianogenik glikosida (misalnya prunasin)

    Analisis fitokimia menemukan senyawa ini dalam jaringan pepaya, walaupun umumnya dalam kadar rendah. Jika tidak diolah dengan benar, senyawa ini berpotensi menghasilkan senyawa berbahaya seperti sianida. Proses pengolahan (misalnya perebusan atau pengeringan) berperan penting dalam menurunkan risikonya.

  • Pemanfaatan batang sebagai bahan pangan

    Beberapa penelitian skala kecil (studi pilot) di tingkat global maupun regional telah mengolah batang pepaya menjadi tepung atau mie. Proses yang umum dilakukan meliputi pengupasan, perebusan (blanching), dan pengeringan sebelum diolah lebih lanjut. Hasil uji laboratorium (proksimat) dan penilaian rasa (organoleptik) menunjukkan bahwa produk ini bisa dikonsumsi dengan kualitas yang cukup baik.

Apakah Konsumsi Batang Pepaya Berbahaya?

Ada dua kelompok risiko utama yang perlu diperhatikan:

  • Iritasi dan alergi akibat enzim (papain dan sejenisnya)

    Batang pepaya, terutama yang masih segar, mengandung lateks dengan enzim papain. Zat ini bisa menyebabkan iritasi pada kulit maupun saluran pencernaan. Pada sebagian orang yang sensitif, papain dapat memicu reaksi alergi, mulai dari gatal, ruam, hingga gangguan pernapasan. Kasus alergi ini lebih sering ditemukan pada pekerja industri yang sering terpapar papain (misalnya industri daging, kosmetik, atau farmasi), tetapi risiko tetap ada bagi masyarakat umum—terutama mereka yang sudah memiliki riwayat alergi terhadap lateks atau makanan tertentu.

  • Efek farmakologis dan toksik bila dikonsumsi berlebihan

    Senyawa lain dalam batang pepaya, seperti *carpaine*, pada penelitian hewan menunjukkan dapat memengaruhi sistem jantung dan pembuluh darah. Selain itu, batang pepaya juga dilaporkan mengandung kadar rendah glikosida sianogenik (misalnya prunasin). Walaupun jumlahnya kecil, konsumsi dalam jumlah besar atau tanpa pengolahan yang benar bisa meningkatkan risiko efek toksik. Studi toksisitas menunjukkan efek samping lebih mungkin terjadi jika dikonsumsi berlebihan secara rutin.

Kesimpulan praktis: Batang pepaya tidak berbahaya jika diolah dengan benar dan dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Namun, konsumsi mentah atau berlebihan perlu dihindari, terutama bagi orang dengan alergi lateks, masalah jantung, atau sensitivitas tertentu.

Siapa yang Perlu Berhati-hati?

Meskipun batang pepaya tidak otomatis beracun, ada kelompok tertentu yang sebaiknya menghindari konsumsi atau minimal berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum mencobanya:
  1. Individu dengan alergi lateks atau buah tropis sejenis

  2. Papain yang terdapat pada pepaya berpotensi menimbulkan reaksi silang dengan alergi lateks. Gejalanya bisa berupa gatal, ruam, atau reaksi alergi lebih berat.
  3. Pasien dengan penyakit jantung atau gangguan kardiovaskular

  4. Kandungan *carpaine* pada pepaya dapat memengaruhi fungsi jantung. Bagi pasien dengan kondisi jantung yang tidak stabil, konsumsi batang pepaya perlu sangat berhati-hati.
  5. Ibu hamil

  6. Beberapa catatan tradisional dan laporan awal menyebutkan adanya kemungkinan efek farmakologis tertentu dari bagian tanaman pepaya. Untuk alasan kehati-hatian, ibu hamil sebaiknya menghindari konsumsi batang pepaya atau terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.

Rekomendasi Pengolahan

Protokol pra-pengolahan berikut dirangkum dari berbagai sumber:
  1. Pemanenan & Seleksi

    Pilih batang pepaya muda yang sehat dan segar. Singkirkan bagian yang busuk atau terkontaminasi.
  2. Pencucian & Pengupasan

    Cuci bersih, lalu kupas kulit luar untuk mengurangi kandungan lateks pada permukaan batang.
  3. Blanching / Perebusan

    Rebus atau lakukan blanching selama 5–15 menit untuk menurunkan aktivitas enzim proteolitik (papain, dll.).
  4. Perendaman Penetralan (Opsional)

    Lakukan perendaman singkat dalam larutan garam atau kapur untuk mengurangi rasa pahit dan sisa lateks. Langkah ini disarankan diuji dahulu dalam skala kecil.
  5. Pengeringan Terkontrol

    Keringkan batang hingga kadar air kurang dari 10% untuk mencegah pertumbuhan mikroba
  6. Penggilingan & Penyaringan

    Giling batang kering menjadi tepung, lalu ayak hingga halus. Lakukan uji sisa enzim serta analisis fitokimia untuk memastikan kadar *carpaine* dan glikosida sianogenik tetap dalam batas aman.
  7. Uji Produk Akhir

    Terapkan uji proksimat sesuai standar AOAC, uji mikrobiologi, serta uji organoleptik dengan panel minimal 30 responden untuk menilai kualitas sensoris produk.

Batang pohon pepaya memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan, sebagaimana tercatat dalam beberapa penelitian lokal yang berhasil mengolah jaringan batang menjadi produk pangan, antara lain mi dan candied. Meskipun demikian, konsumsi dalam bentuk mentah atau tanpa melalui proses pengolahan tidak direkomendasikan karena keberadaan lateks, enzim proteolitik (papain), serta sejumlah fitokimia yang berpotensi menimbulkan iritasi maupun reaksi alergi.

Proses pengolahan yang meliputi pengupasan, perebusan, perendaman, pengeringan, serta pengujian laboratorium diketahui mampu menurunkan risiko tersebut, sehingga menjadikan batang pepaya sumber karbohidrat dan serat yang potensial. Kendati demikian, keputusan untuk menjadikannya bagian dari konsumsi rutin perlu mempertimbangkan hasil uji laboratorium, toleransi individu, serta regulasi pangan yang berlaku di setiap yurisdiksi.

Secara global, bukti ilmiah menunjukkan bahwa batang pepaya memiliki prospek sebagai bahan pangan alternatif, dengan catatan bahwa diperlukan penelitian lanjutan berupa analisis toksikologis, kuantifikasi fitokimia, serta uji klinis pada manusia untuk memastikan keamanan konsumsi jangka panjang sebelum produk dapat diedarkan secara luas.